Angkringan: Ekspansi Budaya Sederhana
Angkringan dengan segala bentuknya hadir menjelma sebagai budaya,
makanan sederhana yang dijajakan tidak menyurutkan keistimewaan bagi yang
berkunjung dan mencobanya. Angkringan pada mulanya berasal dari daerah tengah
pulau jawa berada diantara daerah Yogyakarta dan sekitarnya, namun hari ini
angkringan sudah mulai memasuki daerah-daerah lain di luar kota Yogyakarta.
Tidak hanya berjualan yang menjadi maksud tujuan angkirngan, tetapi sebagai ekspansi
budaya dengan menawarkan kesederhanaan hidup.
Kesederhanaan
hidup hari ini dirasa perlu untuk kita hayati keberadaannya, di tengah
masyarakat kota yang dengan gemerlap budaya nya menggiring pada budaya
hedonis-pragmatis. Budaya hedonis-pragmatis ini tidak hanya menjajah masyarakat
kota saja, tetapi sudah mulai merambah dan menjajah kelas menengah ke bawah.
Maka dari itulah, angkringan hari ini hadir mencoba untuk melawan arus
hedonisme masyarakat kota dengan cara menjajakan apa yang mereka jual. Angkringan
menjual berbagai makanan yang tidak kalah saing dengan makanan yang hari ini
menjadi konsumsi tetap masyarakat kota. Angkringan menjual berbagai menu
seperti sego kucing, wedang jahe, kopi jos, sate telur puyuh, dan masih banyak
lagi. Boleh jadi ketika kita telusuri satu persatu menu nya mengandung nilai
filosofis yang mendalam tentang hidup. Akan tetapi saat ini saya hanya membahas
angkringan dilihat dari sudut budaya, mungkin nanti ditulisan lain.
Angkringan jika
ditelusur secara bahasa berasal dari kata angkring yang artinya
nongkrong, tidak hanya nongkrong dalam arti yang sebenarnya tetapi lebih pada
nongkrong sebagai wujud diam, menghayati, mendalami sekaligus memaknai
kehidupan yang terus berjalan. Kehidupan akan terus berjalan berdasarkan kebutuhan
manusia akan kehidupan ini, berbagai macam kebutuhan hidup akan terus bertambah
dan menjadi prioritas utama. Maka di angkringan ini selain sebagai pemenuhan
hidup dalam hal ini makan sebagai penunjang kehidupan, tetapi juga sekaligus
merenungi dan mendalami kehidupan yang telah dilalui dan dijalani pada hari
ini.
Dengan merambahnya
angkringan ke berbagai wilayah kota di pulau jawa, secara sadar juga ikut serta
dalam rangka ekspansi budaya. Ekspansi budaya yang dihadirkan di angkringan ini
dengan cara berjualan. Sisi lain menguntungkan penjual akan tetapi dilain sisi
menguntungkan kita selaku manusia sekaligus pembeli untuk turut serta meghayati
budaya yang terkandung di dalamnya. Budaya inilah yang akan mengantarkan kita
pada satu tata nilai hidup yang terus berkembang dan menjadi identitas kita
selaku manusia. Identitas inilah yang menjadikan orang lain mengenal dan
memahami kita.
Budaya yang dibawa
oleh angkringan ini adalah budaya kesederhanaan hidup, apa yang menjadi ciri
utama nya? Yang menjadi ciri utama nya adalah makanan. Makanan yang dijajakan
di angkringan ini bisa terbilang murah secara harga, namun bisa kita lihat
siapa saja yang mengonsumsi disana. kita akan menemukan seseorang dari mulai
kalangan ekonomi menengah ke bawah sampai orang yang memiliki penghasilan
ekonomi menengah ke atas. Artinya di angkringan ini kita menemukan satu nilai
hidup, ialah kesederhanaan. Kesederhanaan inilah yang akan kita temukan disana,
terlepas dari status sosial ‘seseorang’ itu sebagai apa tetapi kita melihat ada
satu persamaan, satu posisi, dan satu porsi keseimbangan. Yaitu kita
memosisikan diri sebagai pengunjung dan pembeli.
Indikator dari
kesederhanaan yang diperlihatkan di angkringan tidak sebagai murah secara
harga, akan tetapi sebagai gaya hidup yang ditampilkan. Seperti tidak
bermewah-mewahan secara tampilan, juga tidak menggunakan alat-alat yang
terbilang mahal harganya. Kita semua akan menikmati kesederhanaan ini.
Maka dari itu, angkringan
bisa dijadikan sebagai penguatan budaya sudah selayaknya kita ilhami
keberadaannya. Tidak sebatas nongkrong dan makan disana, tetapi lebih jauh kita
bisa mendalami budaya yang dibawa, mendalami kesederhanaan hidup, dan belajar
bertahan hidup dalam arus yang tak bisa dibendung ini. Penguatan budaya seperti
inilah yang akan cepat menyerap dalam masyarakat kelas menengah, tidak perlu
dengan berbagai kegiatan penguatan budaya yang memakan banyak biaya. Cukup
dengan ekspansi budaya melalui angkringan, maka secara tidak sadar masyarakat
akan turut serta menjadi pemeran utama dalam rangka penguatan budaya
kesederhanaan yang dibawa oleh angkringan.
Komentar
Posting Komentar